SOLAR DRYER
OLEH
SAEPUDIN
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tanaman padi merupakan komoditi strategis nasional. Produksi beras di Indonesia pada akhir tahun 2000 mencapai 51,899 juta ton GKG. Potensi hasil varietas-varietas unggul padi sawah telah mencapai titik jenuh, hal ini terbukti bahwa rata-rata produksi padi persatuan luas telah melanda.
Kehilangan hasil pasca panen masih tinggi yaitu mencapai 20,5% (Anonimus, 1995). Mutu beras yang dihasilkan umumnya sangat rendah yang dicirikan oleh beras patah (broken) yang lebih dari 15% dengan rasa, warna yang kurang baik dan besarnya kehilangan hasil, mutu yang rendah serta harga yang fluktuatif yang cenderung tidak memberikan insentif kepada petani. Kondisi tersebut akan menjadi ancaman ketahanan pangan untuk itu perlu antisipasi dengan pola penanganan pasca panen yang tepat dan benar salah satunya adalah memperhatikan sistem pengeringan.
Umumnya pengeringan dilakukan secara tradisional yaitu dengan penjemuran. Pengeringan dengan cara ini masih memiliki beberapa kendala dan kekurangan salah satunya adalah masalah tenaga kerja karena seperti yang kita tahu bahwa jumlah tenaga kerja yang menekuni pertanian di seluruh Indonesia semakin turun dari tahun ke tahun. Pada 1996 terdapat 22,6-juta tenaga kerja dan setahun kemudian turun menjadi 22,1-juta. Kecenderungannya akan terus turun karena orang lebih suka bekerja di sektor nonpertanian, (Joko Pitoyo).
Untuk memecahkan masalah pengeringan di atas sekaligus memperbaiki kualitas dan memperkecil kehilangan produk selama pengeringan, telah diperkenalkan berbagai teknologi alat pengering mekanis. Permasalahan yang dihadapi pada alat pengering mekanis adalah makin langkanya suplai minyak tanah dan dicabutnya subsidi minyak tanah.
Sehingga perlu dicari alternatif sumber energi lain yang lebih murah. Alat pengering tenaga surya (solar dryer) adalah salah satu alternative yang dapat memecahkan masalah pengeringan padi serta mahalnya bahan bakar. Selain itu proses pengeringan ini merupakan suatu aktivitas yang sangat konsumtif pada energi. Dengan demikian upaya pemanfaatan sumber energi alternatif yang murah seperti energi surya untuk proses pengeringan hasil pertanian perlu diintensifkan dan ditingkatkan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya solar dyer ini adalah:
a. Untuk mengawetkan bahan dengan cara meperlambat proses metabolisme
b. Menjaga dan meningkat harga produk agar tidak jatuh
c. Membatu petani dalam mencari solusi pengeringan yang murah, awet dan sederhana
II. ISI
2.1 Padi
Padi termasuk dalam suku padi-padian atau Poaceae (sinonim Graminae atau lumiflorae) dan merupakan tanaman berakar serabut, daun berbentuk lanset (sempit memanjang), urat daun sejajar, memiliki pelepah daun, bunga tersusun sebagai bunga majemuk dengan satuan bunga berupa loret, floret tersusun dalam spikelet, khusus untuk padi satu spikelet hanya memiliki satu floret, buah dan biji sulit dibedakan karena merupakan bulir (Ing. grain) atau kariopsis.
Pada dasarnya Padi merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban manusia. Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia setelah jagung dan gandum. Namun demikian, padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia.
Di indonesia padi juga merupakan komoditas utama yang dikonsumsi oleh 95% masyrakat Indonesia baik dari kalangan bawah sampai kalangan atas. Pada tahun 1984 Indonesia pernah meraih penghargaan dari PBB (FAO) karena berhasil meningkatkan produksi padi hingga dalam waktu 20 tahun dapat berubah dari pengimpor padi terbesar dunia menjadi negara swasembada beras.
2.2 Pengeringan Gabah
Gabah dikenal dengan nama latin Oryza Sativa adalah famili dari rumput rumputan (gramineae) merupakan salah satu bahan makanan dari biji bijian tertua didunia yang dikonsumsi sebagian besar manusia di dunia termasuk di Indonesia.
Perbaikan budidaya tanaman padi di lahan pasang surut yang sampai saat ini terus terpacu, mengakibatkan meningkatnya produksi gabah per ha di beberapa wilayah seperti Delta Telang, Delta Saleh, Karang Ulu, Delta Upang dan Air Sugihan. Dilain pihak penanganan panen dan pasca panen belum mendapatkan sentuhan yang berarti. Kesenjangan ini mengakibatkan terciptanya kondisi kontra produktif, sehingga hasil yang dicapai tidak dapat dimamfaatkan secara maksimal. Penanganan pasca panen padi secara tradisisonal yang diwarnai kurangnya tenaga kerja, menyebabkan waktu yang diperlukan untuk panen, perontokan dan penjemuran padi menjadi sangat panjang. Penurunan mutu beras giling sehingga harganya rendah tidak dapat dielakan lagi.
Dengan semakin maraknya merk beras inpor di pasar-pasar domestik di Indonesia, ternyata beras produksi dalam negeri mempunyai daya saing yang sangat rendah dibandingkan dengan beras ixport misalnya Vietnam, beras kita mempunyai mutu yang sangat rendah tetapi harganya lebih tinggi. Oleh karena itu agar beras produksi dalam negeri mampu bersaing di pasar global, maka mutu dan efisiensinya harus ditingkatkan. Salah satu dari kegiatan pasca panen yang perlu diperbaiki untuk mencapai tujuan di atas yaitu proses pengeringan. Dengan menggunakan teknologi pengeringan buatan (tungku pengering), maka mutu dan rendemen beras giling akan meningkat dibandingkan dengan penjemuran.
2.3 Jenis-jenis Alat Pegering
Telah banyak sekali mesin pengering yangtelah dibuat dan diciptakan itu semua demi meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja manusia, akan tetapi kita harus tetap memperhatikan beberapa asperk penting seperti aspek lingkungan dan masyarat. Beberapa mesin pegering yang telah dibuat diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Alat pengering batu bara
Mesin pengering batu bara merupakan mesin pengering yang mengunakan batu bara sebgai bahan pemanasnya sehingga bahan baku yang dipanskan dapat mencapai kadar air tertentu sesuai dengan kebutuhan. Mesin pengering ini dapat digunakan untuk megringkan semua bahan hasil pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan.
Prinsipnya cukup sederhana yaitu Panas pembakaran batu bara dipindahkan oleh pemindah panas ke udara yang di pompakan blower. Udara panas mengalir keruang pengeringan untuk penguapan air bahan. Setelah ini udara ini mengelir kesaluran pengeluaran udara pada bagian atas ruang pengering.
2. Alat pengering tenaga listrik
Mesi pengering tenaga listrik adalah mesin pengering yang mengunakan tenaga listrik sebagai energi untuk memanaskan (memberikan panas) bahan baku sehingga mempunyai kadar air sesuai dengan permintaan pasar. Sepert halnya mesin pengering bertenaga surya dan batu bara mesin pengeringini juga digunakan untuk mengeringkan semua produk pertanian, perkebunaan, perikanan dan juga peternakan.
Pengeringan adalah mengurangi/menghilangkan kadar air dari berat tertantu ke berat yang diinginkan oleh operator. Prisnsip pegeringan sanag sederhana yaitu menghembuskan udara luar yang telah dilewatkan kepada pemans sehingga udara tadi menjdi panas dengan suhu tertentu dan dihembuskan pada gabah yang akan dikeringkan.
3. Alat Pengering Tenaga Surya
Alat pengering tenaga surya adalah suatu teknologi pengeringan yang menggunakan energi (tenaga) surya sebagai pemanas (pengganti bahan bakar) sehingga dapt lebih menghemat dan tenaga kerja. Sama dengan alat pengering tenaga batu bara alat pengering ini juga dapat digunakan untuk meneringkan hasil pertanian, peternakan, perikanan dan perkebunan.
Prinsip kerja alat pengering ini yaitu Sinar surya memanaskan udara di ruang penyerap panas, ruang pengering, seng penyerap panas, dan bahan yang dikeringkan. Kipas udara akan mendorong udara luar masuk ke ruang penyerap panas, kemudian mengalir ke ruang ini dan mengalir ke luar. Penguapan air bahan juga disebabkan oleh pemanasan langsung oeh sinar surya ke ruang pengering (Muhlbauer, 1986).